Rabu, 08 Juni 2016

KEPUASAN KONSUMEN (Ninik Nafisah)

Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang timbul karena membandingkan kinerja yang dipersepsikan produk terhadap ekspektasi mereka (Kotler dan Keller, 2009). Perusahaan yang berpusat pada konsumen berusaha menciptakan kepuasan konsumen yang tinggi, tetapi itu bukan tujuan akhirnya. Memastikan kepuasan konsumen merupakan suatu standar minimum yang harus diupayakan setiap usaha karena kepuasan konsumen adalah awal dari konsumen yang loyal. Ya, ini baru awal bukan kunci utama. Konsumen yang puas belum serta merta menjadi konsumen yang loyal. Bisa jadi mereka juga mempunyai pengalaman memuaskan di tempat lain.
Walaupun kepuasan konsumen hanya sebagian kecil dari terciptanya loyalitas, tentu saja kepuasan konsumen sangat esensial. Apalah gunanya kita memberikan berbagai kejutan dan segala macam program untuk membuat konsumen loyal tetapi kita justru gagal memastikan kepuasan mereka secara day-to-day. Itulah kenapa kepuasan konsumen sangat penting untuk kita pastikan. Seperti yang diperlihatkan pengalaman Ritz-Carlton, pemasar yang berhasil adalah pemasar yang secara total berhasil memuaskan konsumennya dengan menguntungkan. John Chambers, CEO Cisco Systems, mengungkapkan “Membuat konsumen anda menjadi pusat budaya anda”. Dalam artikel ini, saya akan membahas cara mengukur kepuasan konsumen dan pengaruhnya terhadap perusahaan.
Cara Mengukur Kepuasan Konsumen
Ada sejumlah metode untuk mengukur kepuasan konsumen:
1.      Survey berkala, dapat melacak kepuasan konsumen secara langsung dan juga mengajukan pertanyaan tambahan untuk mengukur  niat pembelian dan kemungkinan atau kesediaan konsumen untuk merekomendasikan suatu perusahaan dan merek kepada orang lain. Bisa juga dalam bentuk kritik, saran dan pendapat. Media yang digunakan bisa berupa kotak saran, kartu komentar, saluran telpon bebas pulsa, dan lain-lain. Informasi yan diperoleh dari metode ini dapat memberikan ide dan masukan yang berharga terhadap perusahaan, sehingga memungkinkan untuk bereaksi dengan tanggap dan cepat untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul. Akan tetapi, karena metode ini bersifat pasif, maka sulit mendapat gambaran lengkap mengenai kepuasan dan ketidakpuasan konsumen. Tidak semua konsumen yang tidak puas akan menyampaikan keluhannya, bisa saja mereka langsung beralih ke pemasok lain dan tidak akan membeli produk perusahaan lagi. Metode ini juga tidak mudah untuk diwujudkan apabila tidak ada timbal balik dari perusahaan. Tetapi, melalui survey, perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik secara langsung dari konsumen dan juga memberikan tanda positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap para konsumennya.
2.      Selain mengadakan survey berkala, perusahaan dapat mengamati tingkat kehilangan konsumen dan menghubungi konsumen yang berhenti membeli atau beralih ke pemasok lain untuk mengetahui alasannya supaya dapat mengambil kebijakan perbaikan atau penyempurnaan selanjutnya. Bukan hanya mengetahui alasannya saja yang perlu, tetapi pemantauan juga penting di mana peningkatan menunjukkan kegagalan atau kesuksesan perusahaan dalam memuaskan pelanggannya.
3.      Terakhir , perusahaan dapat mempekerjakan pembelanja misterius untuk berperan sebagai pembeli potensial dan melaporkan titik kuat dan lemah yang dialaminya dalam membeli produk perusahaan maupun produk pesaing (Kotler dan Keller, 2009). Kemudian mereka melaporkan temuan-temuannya mengenai kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing berdasarkan pengalaman mereka dalam pembelian produk-produk tersebut. Selain itu para pembelanja misterius dapat juga mengamati cara perusahaan dan pesaingnya melayani permintaan konsumen, menjawab pertanyaan konsumen dan menangani setiap keluhan. Ada baiknya yang menjadi pembelanja misterius adalah manajer perusahaan untuk mengetahui langsung bagaimana karyawannya berinteraksi langsung dan memperlakukan konsumennya.

Pengaruh Kepuasan Konsumen Terhadap Perusahaan
Bagi perusahaan yang berpusat pada konsumen, kepuasan konsumen merupakan tujuan dan sarana pemasaran. Tidak semua konsumen yang tidak puas menyampaikan keluhannya kepada perusahaan, bukan berarti konsumen yang tidak menyampaikan keluhannya itu puas. Diamnya konsumen merupakan sinyal buruk terhadap perusahaan. Karena itu perusahaan harus lebih baik lagi memperhatikan tingkat kepuasan konsumennya karena internet menyediakan sarana bagi konsumen untuk menyebarkan berita buruk dan juga berita baik dengan cepat ke seluruh dunia.
(Kotler dan Keller, 2009) mengatakan beberapa konsumen bahkan membuat situs Web sendiri untuk menyiarkan kekesalan dan ketidakpuasan mereka, membidik berbagai merek terkenal seperti United Airlines, Wal-Mart,dan Mercedes Benz. Dengan menggambarkan kejadian dan tindakan salah yang dilakukan perusahaan, situs Web ini sering berusaha mendorong ketidakpuasan dan protes konsumen.
Hal tersebut bisa menjatuhkan reputasi perusahaan dan membuat perusahaan mengalami kebangkrutan karena ditinggal oleh konsumennya. Tetapi apabila konsumen puas dengan apa yang diberikan oleh perusahaan kita, kemungkinan besar konsumen tersebut akan merekomendasikan perusahaan kita kepada konsumen lain untuk berpindah membeli produk ke perusahaan kita.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa mengukur kepuasan konsumen dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu: survey berkala, tingkat kehilangan konsumen dan pembelanja misterius. Dan kehilangan konsumen yang menguntungkan dapat sangat mempengaruhi laba perusahaan, karena itu kepuasan konsumen sangat berpengaruh terhadap perusahaan.

Daftar Rujukan

Kotler, P., & Keller, K. L. (2009). Manajemen Pemasaran. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar