Ketika
perusahaan-perusahaan merasa semakin sulit melakukan diferensiasi produk-produk
fisiknya, mereka berpaling ke diferensiasi jasa. Perusahaan saling berlomba
untuk melakukan pembedaan terhadap para pesaingnya, sudah banyak diferensiasi
yang dilakukan antar perusahaan satu sama lain dalam hal produk-produk mereka
sehingga sampai pada satu titik dimana sudah sangat sulit melakukan
diferensiasi terhadap produk. Oleh karena itu perusahaan mulai melakukan
diferensiasi terhadap jasa mereka (Nugraha, 2013). Sebagai suatu perusahaan
jasa, sangat penting untuk dapat mengetahui dan memahami apa saja yang menjadi
keinginan atau kemauan dari tiap konsumen. Untuk itu pada kesempatan kali ini
penulis mengangkat judul “Cara Mengelola Mutu Jasa Pada Suatu Perusahaan
Mobil”.
Artikel
ini akan membahas bagaimana harapan pelanggan dengan pelayanan yang diberikan
oleh suatu perusahaan, khususnya pada artikel ini yaitu perusahaan cuci mobil. Apakah
pelayanan perusahaan sudah cukup untuk memuaskan pelanggan? Apakah perusahaan
harus meningkatkan atau membenahi pelayanan yang diberikan saat ini? Jadi dari
sini kita dapat mengetahui apa saja yang dapat mengakibatkan ketidak berhasilan
penyerahan jasa dan juga apa saja penentu-penentu dari mutu jasa.
Selanjutnya
akan membahas mengenai praktik terbaik manajemen mutu jasa. Dari sini kita
dapat mengetahui bagaimana mempraktikkan mutu jasa suatu perusahaan kepada para
pelanggan. Apakah pelayanan yang kita berikan sudah sesuai dengan yang pelanggan
butuhkan? Apakah kita masih perlu menambah beberapa strategi untuk terus
meningkatkan rasa kepercayaan pelanggan terhadap jasa yang kita berikan?
HARAPAN PELANGGAN
Pelanggan
menciptakan harapan-harapan layanan dari pengalaman masa lalu, cerita dari
mulut ke mulut, dan iklan. Pelanggan membandingkan jasa yang dipersepsikan
dengan jasa yang diharapakan. Jika jasa yang dipersepsikan berada di bawah jasa
yang diharapkan, pelanggan akan kecewa. Jika persepsi jasa memenuhi atau
melebihi harapan mereka, mereka akan cenderung menggunakan penyedia tersebut
lagi. Perusahaan yang sukses menambah manfaat pada tawaran mereka yang tidak
hanya memuaskan pelanggan melainkan juga mengejutkan dan menyenangkan mereka.
Menyenangkan pelanggan adalah masalah bagaimana melampaui pelanggan. (Kotler,
2003, hlm. 54)
Ada
lima kesenjangan yang mengakibatkan ketidak berhasilan penyerahan jasa :
(Kotler, 2003, hlm. 55)
a)
Kesenjangan antara
harapan konsumen dan persepsi manajemen – manajemen tidak selalu memahami dengan tepat
apa yang diinginkan pelanggan. Misalnya, karyawan perusahaan cuci mobil
berpikir bahwa pelanggan akan senang jika ada pelanggan yang mencucikan
mobilnya diperusahaan tersebut diberikan minuman gratis ketika sedang antri menunggu,
tetapi pelanggan mungkin lebih memikirkan daya tanggap karyawan dari perusahaan
tersebut.
b)
Kesenjangan antara persepsi manajemen dan spesifikasi mutu
jasa – manajemen mungkin memahami dengan tepat keinginan-keinginan pelanggan,
tetapi tidak menetapkan standar kinerja. Bos pada perusahaan cuci mobil
tersebut mungkin meminta karyawannya memberikan layanan yang “cepat” tanpa
menguraikannya dengan sangat jelas.
c)
Kesenjangaan antara spesifikasi mutu jasa dan penyerahan jasa
– karyawan mungkin kurang terlatih, tidak mampu atau tidak mau mematuhi
standar; atau mereka mungkin dihadapkan pada standar yang saling bertentangan,
seperti menyediakan waktu untuk mendengarkan pelanggan dan melayani mereka
dengan cepat.
d)
Kesenjangan antara penyerahan jasa dan komunikasi eksternal –
harapan-harapan konsumen dipengaruhi pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan
perwakilan dan iklan perusahaan. Jika iklan perusahaan cuci mobil tersebut
memperlihatkan tempat cuci mobil yang bersih dan rapi, tetapi pelanggan tiba
dan menemukan tempat yang tampak kotor, komunikasi eksternal telah melenceng
jauh dari harapan pelanggan.
e)
Kesenjangan antara persepsi jasa dan jasa yang diharapkan –
kesenjangan ini terjadi apabila konsumen tersebut memiliki persepsi yang keliru
tentang mutu jasa tersebut. Bos pada perusahaan cuci mobil tersebut mungkin
tetap mengunjungi pelanggannya yang sedang antri menunggu untuk menunjukkan
kepeduliannya tetapi pelanggan tersebut menafsirkan hal ini sebagai indikasi
bahwa ada sesuatu yang benar-benar tidak beres.
Berdasarkan model mutu jasa ini,
para periset menemukan lima penentu mutu jasa. Kelimanya disajikan menurut
tingkat kepentingannya. (Kotler, 2003, hlm. 56)
a)
Keandalan
– kemampuan melaksanakan layanan yang dijanjikan
secara meyakinkan dan akurat.
b)
Daya
tanggap – kesediaan membantu pelanggan dan memberikan
jasa dengan cepat.
c)
Jaminan – pengetahuan dan kesopanan karyawan dan kemampuan
mereka menyampaikan kepercayaan dan keyakinan.
d)
Empati – kesediaan memberikan perhatian yang mendalam dan
khusus kepada masing-masing pelanggan.
e)
Benda berwujud – penampilan fasilitas fisik, perlengkapan,
karyawan, dan bahan komunikasi.
PRAKTIK TERBAIK
MANAJEMEN MUTU JASA
Berbagai
penelitian telah menunjukan bahwa perusahaan-perusahaan jasa yang dikelola
dengan sangat baik sama-sama melakukan praktik mutu berikut: konsep strategis,
sejarah komitmen manajemen puncak terhadap mutu, standar yang tinggi, teknologi
swalayan, sistem untuk memantau kinerja jasa dan keluhan pelanggan, dan
penekanan pada kepuasan karyawan. (Kotler, 2003, hlm. 57)
KONSEP
STRATEGIS
Perusahaan-perusahaan
jasa yang terbesar “terobsesi dengan pelanggan.” Perusahaan ini memiliki
pengertian yang jelas mengenai pelanggan sasarannya dan kebutuhan-kebutuhan
mereka. Perusahaan ini telah mengembangkan statergi khusus untuk memuaskan
kebutuhan-kebutuhan ini. Jadi perusahaan cuci mobil ini harus mempunyai sasaran
khusus dan harus bisa memenuhi kebutuhan yang diinginkan pelanggan dan juga
memperlukan strategi khusus untuk tetap mempertahankan pelanggan-pelanggannya.
(Kotler, 2003, hlm. 58)
KOMITMEN
MANAJEMEN PUNCAK
Perusahaan-perusahaan
seperti Marriott, Disney, dan USAA memiliki komitmen yang mendalam terhadap
mutu jasa. manajemen perusahaan ini tidak hanya memandang kinerja keuangan
setiap bulan, tetapi juga kinerja layanan. Rey Kroc dari McDonald’s menekankan
pentingnya terus-menerus mengukur masing-masing gerai McDonald’s berdasarkan
pemenuhan QSCV-nya: kualitas (quality), pelayanan (service), kebersihan
(clealiness), dan nilai (value). Beberapa perusahaan bahkan menyelipkan
kata-kata yang mengingatkan ke dalam slip gaji karyawannya: “Dipersembahkan
untuk anda oleh pelanggan.”. Jadi pada perusahaan cuci mobil ini, juga perlu
menerapkan komitmen manajemen puncak yang sama seperti contoh yang ada diatas.
(Kotler, 2003, hlm. 59)
STANDAR
YANG TINGGI
Penyedia
jasa terbaik menetapkan standar mutu jasa yang tinggi. Banyak ahli distribusi
mengatakan bahwa uang sebuah perusahaan akan dibelanjakan lebih baik untuk
meningkatkan kinerja pengiriman ketimbang untuk iklan. Mereka mengatakan bahwa
kinerja layanan superior itu merupakan diferensiator yang lebih efektif
ketimbang pengeluaran untuk meningkatkan citra. Lagipula, lebih sulit bagi
seorang pesaing untuk menggandakan sistem distribusi yang unggul ketimbang
meniru satu kampanye iklan. Jadi perusahaan mobil ini harus mempunyai standar
yang tinggi terhadap mutu jasa yang diberikan, supaya perusahaan mempunyai
motivasi untuk menjadi perusahaan yang lebih baik lagi kedepannya. (Kotler,
2003, hlm. 60)
TEKNOLOGI
SWALAYAN
Seperti
halnya dengan produk, para konsumen menghargai kenyamanan dalam layanan. Banyak
interaksi layanan antara orang dan orang sedang digantikan dengan teknologi
swalayan atau SSTS (self service technologies). Tidak semua teknologi swalayan
meningkatkan mutu layanan, tetapi alat tersebut memiliki potensi untuk membuat
transaksi jasa lebih akurat, nyaman, dan cepat. Setiap perusahaan perlu
memikirkan bagaimana meningkatkan layanan dengan menggunakan teknologi
swalayan. Jadi pada perusahaan cuci mobil ini bisa dicontohkan dengan peralatan
apa saja yang digunakan untuk mencuci mobil, peralatan yang digunakan sudah
lengkap, cocok, atau sesuai seperti yang dianjurkan atau belum, dan perusahaan
cuci mobil tersebut menggunakan jasa manusia atau perusahaan tersebut
menggunakan jasa mesin. Jika perusahaan itu menggunakan jasa mesin, maka
sebagai perusahaan pemilik mesin tersebut harus memastikan apakah mesin yang
digunakan tersebut sesuai atau tidak untuk digunakan. (Kotler, 2003, hlm. 60)
SISTEM
PEMANTAUAN
Perusahaan-perusahaan
besar mengaudit kinerja layanannya, baik kinerjanya sendiri maupun kinerja
pesaing secara teratur. Perusahaan tersebut mengumpulkan pengukuran suara
pelanggan (VOC - voice of costumer) untuk memeriksa hal-hal yang memuaskan dan
mengecewakan pelanggan. Perusahaan tersebut menggunakan belanja perbandingan
(comparison shopiping), belanja samaran (ghost shopping), survei pelanggan,
formulir saran dan keluhan, tim audit jasa, dan surat kepada direktur
perusahaan. (Kotler, 2003, hlm. 61)
Jasa
dapat dinilai berdasarkan kepentingan pelanggan (costumer importance) dan
kinerja perusahaan (company performance). Analisis kepentingan kinerja
(importance-performance analysis) digunakan untuk menentukan peringkat berbagai
elemen kumpulan jasa dan untuk mengidentifikasikan tindakan apa saja yang
diperlukan. (Kotler, 2003, hlm. 61)
MEMUASKAN
KELUHAN PELANGGAN
Berbagai
peneilitan tentang ketidakpuasan pelanggan menunjukkan bahwa pelanggan tidak
puas dengan sekitar 25 persen dari keseluruhan, tetapi hanya sekitar 5 persen
mengeluh. Sebanyak 95 persen lainnya merasa keluhan tidak perlu untuk
disampaikan atau pelangggan tidak tahu bagaiaman atau kepada siapa harus
mengeluh. Kebutuhan menyelesaikan masalah pelanggan dengan memuaskan sangat
berperan. Rata-rata pelanggan yang puas menceritaakn kepada tiga orang etntang
pengalaman produknya yang baik, tetapi rata-rata pelanggan yang tidak puas
mengeluh kepas 11 orang. (Kotler, 2003, hlm. 62)
Setiap
keluhan adalah hadiah jika ditangani dengan baik. Perusahaan yang mendorong
pelanggan yang kecewa untuk menyampaikan keluahan dan juga memberdayakan
karyawan memperbaiki keadaan tersebut langsung di tempat memperoleh pendapatan
yang lebih tinggi dan laba yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang
tidak memiliki pendekatan sistematis untuk mengatasi kegagalan layanan.
(Kotler, 2003, hlm. 62)
MEMUASKAN
KARYAWAN DAN JUGA PELANGGAN
Perusahaan-perusahaan
jasa yang unggul tahu bahwa sikap karyawan yang positif akan meningkatkan
loyalitas pelanggan yang lebih kuat. Mengingat pentingnya sikap positif karyawan,
perusahaan-perusahaan jasa harus menarik karyawan-karyawan terbaik yang dapat
mereka temukan. Mereka perlu memasarkan karir dan bukan sekedar pekerjaan.
Mereka harus merancang program pelatihan yang baik dan memberikan dukungan dan
imbalan untuk kinerja yang baik. Karyawan perusahaan tersebutlah yang harus
dinomorsatukan daripada pelanggan perusahaan, jika perusahaan itu
sungguh-sungguh ingin memuaskan pelanggannya. (Kotler, 2003, hlm. 64)
Jadi
dari pembahasan diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa harapan pelanggan itu
sangat penting bagi suatu perusahaan. Dari situ kita dapat mengerti apa yang
sebenarnya pelanggan harapkan terhadap pelayanan yang perusahaan berikan. Dari
beberapa kesenjangan yang mengakibatkan ketidak berhasilan penyerahan jasa
tersebut, kita dapat belajar bahwa komunikasi antara pelanggan dan perusahaan
itu sangat penting dan perusahaan juga harus menerapkan penentu-penentu mutu
jasa seperti yang disampaikan diatas supaya pelanggan akan puas dengan
pelayanan yang kita berikan.
Dari
praktik manajemen mutu jasa kita belajar bahwa perusahan jasa yang dikelola
dengan sangat baik itu harus menerapkan praktik mutu jasa tersebut dengan benar
dan secara maksimal. Perusahaan tidak melulu mementingkan laba yang diperoleh,
melainkan lebih mengutamakan kesejahteraan para pelanggan. Para pelanggan yang
merasa sangat puas dengan pelayanan yang diberikan suatu perusahan jasa
tersebut akan terus menggunakan jasa perusahaan tersebut. Jadi perusahaan tidak
perlu takut dengan penurunan laba yang mungkin terjadi karena pelanggan yang
puas terhadap jasa yang kita berikan akan tetap menggunakan jasa kita.
Saran
untuk para produsen, Untuk menjadi pemasaran produk jasa yang sukses kiranya sangat
dibutuhkan kerja keras dan memperhatikan hal-hal yang mendukung produk serta
pelayanan dengan harga (Price) yang wajar tentunya, hal tersebut akan mampu
memberikan kepuasan kepada pelanggan sehingga pelanggan akan loyal terhadap
produk yang kita berikan (Mulyadi, 2012). Untuk para pembaca, diharapkan dapat
mengambil manfaat dari harapan yang diinginkan oleh pelanggan dan juga dapat
memahami praktik-praktik yang terbaik untuk manajemen mutu jasa.
DAFTAR
RUJUKAN
Kotler,
Philip (2003). Marketing Management, 11th Edition. Prentice Hall.Inc. New Jersey.
Nugraha,
Rizky Widya (2013). Merancang dan Mengelola Jasa (analisis pemasaran). Diambil
29 Mei 2016, dari
http://rizkywn.blogspot.co.id/2013/06/merancang-dan-mengelola-jasa-analisis.html
Mulyadi
(2012). Pemasaran Jasa. Diambil 29 Mei 2016, dari http://mulyadi2610.blogspot.co.id/2012/07/pemasaran-jasa.html
SAYA SEKELUARGA INGIN MENGUCAPKAN BANYAK TERIMAH KASIH KEPADA AKI NAWE BERKAT BANTUANNNYA SEMUA HUTANG HUTANG SAYA SUDAH PADA LUNAS SEMUA BAHKAN SEKARAN SAYA SUDAH BISA BUKA TOKO SENDIRI,ITU SEMUA ATAS BANTUAN AKI YG TELAH MEMBERIKAN ANKA JITUNYA KEPADA SAYA DAN ALHAMDULILLAH ITU BENER2 TERBUKTI TEMBUS..BAGI ANDA YG INGIN SEPERTI SAYA DAN YANG SANGAT MEMERLUKAN ANGKA RITUAL 2D 3D 4D YANG DIJAMIN 100% TEMBUS SILAHKAN HUBUNGI AKI NAWE DI 085-218-379-259
BalasHapus